MERAMU
PEMAHAMAN PADA PEMBEKALAN CPP ANGKATAN 7 GELOMBANG 2
"PENDIDIKAN
YANG MEMERDEKAKAN"
Oleh ;
RINDANG DJOKO TRIASMORO
1. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan transformasi
pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak.
a) Makna dari kata
‘menuntun’
Pendidikan menurut Bapak Pendidikan Indonesia
Ki Hajar Dewantara adalah 'menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat’ (Dewantara,
1936).
Pandangan KHD tersebut memandang pendidikan
bukan hanya ditujukan bagi individu pembelajar, namun juga kodrat dirinya
sebagai bagian integral komunitasnya. Aspek sosial merupakan aspek penting yang
menjadi bagian pembentuk sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam
hal pendidikan dan pengajaran, KHD secara tegas memisahkan keduanya. Pengajaran
(onderwijs)
adalah proses pendidikan dalam ‘memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan
hidup anak secara lahir dan batin (Dewantara, 1936). Sementara pendidikan (opvoeding) adalah ‘tuntunan
dalam hidup tumbuhnya anak-anak’.
b) Peran
menuntun sesuai sistem among
Among adalah
salahsatu pendidikan budi pekerti yang dipaparkan Ki Hajar Dewantara dengan
cara Tut Wuri Handayani. Artinya pesertadidik harus mampu membangun skill agar
berdayaguna dalam hal cipta, rasa dan karsa yang seimbang. Seorang guru menurut
KHD harus mampu menjadi pamong, mendidik dengan welas asih sesuai dengan tumbuh
kembang anak. Sistem among memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
kemandirian anak. Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani.
c) Makna dari
“merdeka”
Makna kata
merdeka bukan berarti merdeka bebas sebebas-bebasnya. Sebagai seorang pendidik
selain harus menuntun kodrat anak sesuai dengan minat dan bakat, kita juga
harus bisa menumbuhkan budi pekerti yang baik pada anak didik kita. Pendidikan
harus mampu menghasilkan manusia yang merdeka, yang berkembang secara utuh dan
selaras dalam segala aspek kemanusiaannya serta mampu menhormati manusia lain.
d) Kodrat anak
tentang bermain yang adalah sama dengan belajar
Dunia anak adalah dunia bermain. Taman Siswa yang didirikan oleh KHD pada
masa beliau menjadi sebuah contoh konkrit karena memerdekakan siswa disana.
Kodrat alam dan kodrat zaman juga terlihat jelas disana. Bermain adalah kodrat
masa kanak-kanak, dan didalam bermain itu mereka juga belajar hal-hal baru,
jadi seyogyanya jangan terlalu memaksakan anak belajar dengan tanpa adanya
unsur bermain di dalamnya, karena memang masa anak adalah bermain.
e) Pendidikan
yang berpihak / menghamba pada anak
Pendidikan yang menghamba pada anak artinya pendidikan yang menekankan pada
minat, kebutuhan dan kemampuanindividu, serta menghadirkan model dan metode
belajar yang menggali motivasi untuk membangun habitat anak menjadi pembelajar
sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan,suka dan senang
membaca. Anak atau pesertadidik menjadi pusat/center dalam proses pembelajaran
kontekstual yang menyenangkan.
f) Konsep budi
pekerti
Konsep budi pekerti menurut KHD, adalah perpaduan antara gerak pikiran,
perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Juga dapat
dimaknai sebagai perpaduan cipta (kognitif), karsa (afektif), sehingga
menciptakan karya (psikomotor).
Jadi pendidikan budi pekerti adalah upaya membekali pesertadidik melalui
bimbingan dan pengajaran yang berisi nilai-nilai perikemanusiaan yang dapat
diukur melalui norma agama, hukum, tata krama, sopan santun serta norma budaya
atau adat istiadat masyarakat.
g) Anak bukan
tabularasa
Anak bukan tabularasa menurut KHD ibarat anak bukanlah kertas putih
kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan
kodrat masing-masing. Teori tabularasa dikemukakan oleh John Locke yang
mengibaratkan anak adalah kertas kosong yang mana membutuhkan orang dewasa
untuk mengisi atau mewarnainya. Sehingga menurut KHD teori ini ditentang karena
anak terlahir sudah memiliki kodrat dan keunikan masing-masing bawaan dari
Tuhan yang menciptakannya. Akan bagaimana kedepannya sebagian besar tergantung
lingkungan eksternal disekitarnya. Ketika kita memandang anak sebagai individu,
itu akan membuat proses pendidikan yang kita lakukan berbeda dibandingkan jika
kita memandang anak sebagai kertas kosong. Dengan memandang anak sebagai
individu, kita lebih melibatkan anak dalam proses pendidikan untuk dirinya
sendiri; kita mendengarkan dan memperhatikan pendapat mereka serta menjadikannya
sebuah hal yang penting dalam proses pendidikan anak.
h) Analogi
petani untuk menjelaskan kodrat anak
Analogi petani untuk menjelaskan kodrat anak menurut
pemikiran KHD, petani yang menanam padi hanya dapat menuntun tumbuhnya padi,
memperbaiki kondisi tanah, memelihara,memberi pupuk dan air, membasmi serangga
yang mengganggu tumbuhnya tanaman padi. Petani tidak akan dapat menggantikan
kodrat tumbuhnya padi menjadi jagung. Begitulah kondisi di dunia pendidikan,
guru hanya dapat menuntun anak mencapai dan menggapai apa yang anak inginkan. Pendidik
dan peserta didik haruslah memiliki hubungan mutualisme yaitu sama-sama saling
menguntungkan. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam
yang membutuhkan tangan dingin guru yang diibaratkan sebagai petani. Walupun
bibit itu adalah bibit unggul namun di tangan petani yang kurang perhatian maka
pertumbuhan bibit itu tidak akan optimal. namun jika bibit itu bukan bibit yang
berkualitas tapi dirawat oleh petani yang baik yang benar-benar memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan, maka bibit itu akan tumbuh dengan baik.
2.
Pendidikan yang Memerdekakan menurut
pemikir - pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya
(Metode Montessori dan Taman Anak Frobel)
Metode montessori adalah
cara belajar yang berfokus pada kearifan anak. Metode ini menawarkan
pembelajaran langsung dengan praktik dan permainan kolaboratif, berbeda dari
metode tradisional cenderung pasif. Pada kelas montessori anak-anak akan diberikan
kesempatan untuk memutuskan apa yang akan mereka pelajari. Tehnik belajar ala
montessori kini banyak berkembang, metode montessori adalah sebuah sistem
pendidikan yang membantu setiap anak meraih potensinya disemua bidang
kehidupan. Metode montessori mengajarkan 5 bidang utama, mulai kemampuan
berbahasa, konsep matematika, budaya sensorik dan kemampuan sehari-hari. Metode
montesseri akan membuat anak dilatih untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran
monttesori anak-anak diajarkan untuk mengantri, sikap sopan santun, tata krama
dan kebaikan. Kemampuan ini akan melatih emosional intellegent mereka sehingga
mereka akan lebih siap berada di lingkungan dan bersosialisasi. Pendidikan yang
dilaksanakan saat ini selaras dengan apa yang diharapkan oleh Ki Hajar Dewantara, di
mana metode Montessori, Frobel dan Taman anak menyatakan bahwa dunia anak
identik dengan bermain, dan didalam bermain itu sesungguhnya seorang anak
sedang belajar. Di dalam bermain telah melatih kemampuan seorang anak baik
kemampuan panca indra maupun kemampuan psikomotoriknya. Hal inilah yang harus
dipahami oleh seorang guru.
3. Kaitan
filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan
untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
Pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dinilai
masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Ki Hajar Dewantara
menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang
ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggitingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hajar Dewantara juga
mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam
belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan
arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar,
berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan
sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan
pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi
pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar
yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang
kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang
memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi
pembentuknya. Dimensi ini adalah:Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
dan berakhlak mulia; Mandiri;Bergotong-royong; Berkebinekaan global; Bernalar
kritis; Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan
yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil ini akan
menjadi tidak bermakna.
Komentar
Posting Komentar